Dari Parade Angklung PKB ke-XXXI 2009
Peserta Saling Delik, Sportif dengan Atraksi
Parade Angklung mengawali ajang PKB ke XXXI, para peserta membawa persiapannya 4 materi pokok yaitu 2 karya karawitan dan duanya lagi tari wajib dan tari kreasi. Mereka beradu nyali di panggung dengan kreatifitas masing-masing daerah
Bulan Pesta Kesenian Bali (PKB) kini dimulai. Dimusim liburan (Juni – Juli) sebagaimana tahun-tahun sebelumnya merupakan moment yang bagus penyelenggaraan PKB ini. Di pesta yang ke 31 ini, panitia berencana menciptakan sebuah kreatifitas seninya. PKB yang berusia 31 tahun ini baru mendapatkan 3 pemimpin. Dan yang terakhir adalah Made Mangku Pastika sebagai Gubernur yang menang berkat Bali Mandaranya. Bahkan konsep PKBnyapun di ubah dengan menghilangkan kesan pasar senggol.
Pada Minggu pertama pelaksanaan PKB ini diawali dengan parade Angklung kebyar. Angklung kebyar adalah kreasi gamelan angklung yang rupa-rupanya mendapat perhatian khusus oleh krama Bali. Penampilan perdana adalah Duta Kabupaten Klungkung yang mana dalam hal ini sekaa angklung kebyar Shanti Giri Swaram-Nusa Penida mendapat kehormatan di PKB (yang memang menang dalam ajang seleksi di Kabupaten_red).
Duta Klungkung ini berhadapat dengan Duta Karangasem yang diwakili oleh sekaa angklung Eka Satya Dharma Kerti. Tampak di lokasi (Kalangan ….), kedua kubu membawa suporternya masing-masing. Yang unik di sini, sebelumnya duta Klungkung sudah ada di Denpasar Dua hari sebelumnya, namun tidak menginap di hotel, melainkan menginap secara bersamaan disalah satu kost yang kebetulan dari Desa yang sama di Nusa Penida.
Dua kubu saling bersaing baik dari segi kreatif Karawitan, tarian, bahkan sampai sang pendukung “sporter”pun saling ejek namun tetap sportif. Walaupun kedua kubu bersaing secara ketat akan tetapi mereka tetap bersanding halayaknya keluarga.
Parade angklung kebyar selanjutnya menunjuk daerah pemasok seni terbaik yaitu duta Kab. Gianyar yang diwakili sekaa angklung Darma Santi, Payangan dengan Tari kreasi petopengan yang berjudul satyaning pawestri melawan kontestan pusat kota yaitu Denpasar yang diwakili sekaa angklung Bakti Swara Yasa Padang Sumbu Kelod, penampilan yang ini memang mengundang banyak antusias penonton karena kedua kubu merupakan pemasok seniman terbesar di Bali.
Begitulah sebuah parade seni, bukan sebuah pertunjukan yang mengadu fisik, ajang seni merupakan hal yang mulia bagi para seniman, budayawan, sastrawan dan penikmat seni yang lain, di minggu ke-2 (dua) tepatnya Jumat 19/6/09 Wantilan Taman Budaya lagi-lagi diramaikan ribuan pasang mata di mana acara yang dimulai pukul 16.00 s/d 18.00 WITA menampilkan duta Kab.Buleleng yang diwakili sekaa angklung Surabrata dari Kec. Sawan berhadapan dengan duta dari Kab. Jembrana yang menggaet sekaa angklung dari Banjar Bilok Poh, Tegalcangkring, lagi-lagi acara yang diikuti 9 kabupaten seluruh Bali ini mengundang sorak gemuruh para penonton untuk kedua kontestan. Juri sebagai sang penilai pun mulai kebingungan melihat pertunjukkan tersebut.
Tak terasa minggu ketiga pun datang pihak penyelenggara menjadwalkan awal minggu ini oleh sekaa angklung Gita Kencana-Kerobokan Kaja Kab. Badung yang berhadapan dengan sekaa angklung Taman Sari, Baturiti Tabanan, dua hari berturut-turut akhirnya di pengujung parade angklung kebyar 2009 ini dipertunjukan sekaa angklung Yadnya Kerti Kab Bangli bersama sang pendamping dari sakaa angklung Werdi Ulangun Kec. Sukasada, Buleleng .
Acara ini mengundang banyak pendapat dari kalangan masyarakat, tidak optimalnya para seniman dalam bertanding karena selain faktor waktu “Siang” juga faktor tempat mempengaruhi dalam proses pertunjukan. Acara parade besar seperti ini apa lagi melibatkan 9 kabupaten/kota semestinya dijadwalkan sore atau malam hari di mana acara parade barang pasti tentu dikunjungi banyak kalagan. Tempat yang dipergunakan juga sempit di mana para penonton menyoraki kontestan sehingga penjurian merasa terganggu, ada baiknya acara seperti ini diadakan di panggung terbuka di mana selain kenyamanan dalam menyuguhkan karya seni penikmat seni pun merasa puas atas karya seni yang disuguhkan.,” ungkap Mindah salah satu pengunjung Parade Angklung Kebyar 2009.*
Aliran Seni Tabuh Melekat
4 Materi Tabuh Digarap Ngelonin
Dalam acara parade angklung tersebut kontestan diwajibkan membawakan 4 materi pokok yaitu 2 karya karawitan dan duanya lagi tari wajib dan tari kreasi. Dengan demikian tentunya penggarapannya sudah dilakukan mungkin selama setahun.
Imajinasi seniman dalam menuangkan karya seninya berupa tari merupakan bagian dari pencipta karya seni, di mana dengan alunan nada gending yang beriring gerak-gerak setiap penari seakan membawa penikmat seni puas atas karya mereka. Dalam parade ini kontestan dari Kab. Klungkung menampilkan tari kreasi yang diberi judul “Rare Kumara” di mana mengangkat cerita anak Dewa Siwa dan Dewi Uma yang dikutuk agar tak lekas dewasa karena dia terlahir pada Tumpek Wayang, Agar tidak dimakan Bhuta Kala makanya dia dikutuk Dewa Siwa agar menjadi Rare “anak kecil” selamanya, dia pun bersembunyi di balik gender Wayang. Oleh karena itu, setiap orang yang lahir bertepatan hari raya Tumpek Wayang diwajibkan menebusnya dengan Wayang Sapuleger. Di sela-sela tarian seakan anak memberontak bagai raksasa yang murka di mana peramu tari I ketut Suitri, S.Sn yang berpadu dengan seniman karawitan I Made Subadi, S.Sn memadukan dua unsur seni ini menjadi kolosal yang menakjubkan.
*Krista, Heryana
Parade Angklung mengawali ajang PKB ke XXXI, para peserta membawa persiapannya 4 materi pokok yaitu 2 karya karawitan dan duanya lagi tari wajib dan tari kreasi. Mereka beradu nyali di panggung dengan kreatifitas masing-masing daerah
Bulan Pesta Kesenian Bali (PKB) kini dimulai. Dimusim liburan (Juni – Juli) sebagaimana tahun-tahun sebelumnya merupakan moment yang bagus penyelenggaraan PKB ini. Di pesta yang ke 31 ini, panitia berencana menciptakan sebuah kreatifitas seninya. PKB yang berusia 31 tahun ini baru mendapatkan 3 pemimpin. Dan yang terakhir adalah Made Mangku Pastika sebagai Gubernur yang menang berkat Bali Mandaranya. Bahkan konsep PKBnyapun di ubah dengan menghilangkan kesan pasar senggol.
Pada Minggu pertama pelaksanaan PKB ini diawali dengan parade Angklung kebyar. Angklung kebyar adalah kreasi gamelan angklung yang rupa-rupanya mendapat perhatian khusus oleh krama Bali. Penampilan perdana adalah Duta Kabupaten Klungkung yang mana dalam hal ini sekaa angklung kebyar Shanti Giri Swaram-Nusa Penida mendapat kehormatan di PKB (yang memang menang dalam ajang seleksi di Kabupaten_red).
Duta Klungkung ini berhadapat dengan Duta Karangasem yang diwakili oleh sekaa angklung Eka Satya Dharma Kerti. Tampak di lokasi (Kalangan ….), kedua kubu membawa suporternya masing-masing. Yang unik di sini, sebelumnya duta Klungkung sudah ada di Denpasar Dua hari sebelumnya, namun tidak menginap di hotel, melainkan menginap secara bersamaan disalah satu kost yang kebetulan dari Desa yang sama di Nusa Penida.
Dua kubu saling bersaing baik dari segi kreatif Karawitan, tarian, bahkan sampai sang pendukung “sporter”pun saling ejek namun tetap sportif. Walaupun kedua kubu bersaing secara ketat akan tetapi mereka tetap bersanding halayaknya keluarga.
Parade angklung kebyar selanjutnya menunjuk daerah pemasok seni terbaik yaitu duta Kab. Gianyar yang diwakili sekaa angklung Darma Santi, Payangan dengan Tari kreasi petopengan yang berjudul satyaning pawestri melawan kontestan pusat kota yaitu Denpasar yang diwakili sekaa angklung Bakti Swara Yasa Padang Sumbu Kelod, penampilan yang ini memang mengundang banyak antusias penonton karena kedua kubu merupakan pemasok seniman terbesar di Bali.
Begitulah sebuah parade seni, bukan sebuah pertunjukan yang mengadu fisik, ajang seni merupakan hal yang mulia bagi para seniman, budayawan, sastrawan dan penikmat seni yang lain, di minggu ke-2 (dua) tepatnya Jumat 19/6/09 Wantilan Taman Budaya lagi-lagi diramaikan ribuan pasang mata di mana acara yang dimulai pukul 16.00 s/d 18.00 WITA menampilkan duta Kab.Buleleng yang diwakili sekaa angklung Surabrata dari Kec. Sawan berhadapan dengan duta dari Kab. Jembrana yang menggaet sekaa angklung dari Banjar Bilok Poh, Tegalcangkring, lagi-lagi acara yang diikuti 9 kabupaten seluruh Bali ini mengundang sorak gemuruh para penonton untuk kedua kontestan. Juri sebagai sang penilai pun mulai kebingungan melihat pertunjukkan tersebut.
Tak terasa minggu ketiga pun datang pihak penyelenggara menjadwalkan awal minggu ini oleh sekaa angklung Gita Kencana-Kerobokan Kaja Kab. Badung yang berhadapan dengan sekaa angklung Taman Sari, Baturiti Tabanan, dua hari berturut-turut akhirnya di pengujung parade angklung kebyar 2009 ini dipertunjukan sekaa angklung Yadnya Kerti Kab Bangli bersama sang pendamping dari sakaa angklung Werdi Ulangun Kec. Sukasada, Buleleng .
Acara ini mengundang banyak pendapat dari kalangan masyarakat, tidak optimalnya para seniman dalam bertanding karena selain faktor waktu “Siang” juga faktor tempat mempengaruhi dalam proses pertunjukan. Acara parade besar seperti ini apa lagi melibatkan 9 kabupaten/kota semestinya dijadwalkan sore atau malam hari di mana acara parade barang pasti tentu dikunjungi banyak kalagan. Tempat yang dipergunakan juga sempit di mana para penonton menyoraki kontestan sehingga penjurian merasa terganggu, ada baiknya acara seperti ini diadakan di panggung terbuka di mana selain kenyamanan dalam menyuguhkan karya seni penikmat seni pun merasa puas atas karya seni yang disuguhkan.,” ungkap Mindah salah satu pengunjung Parade Angklung Kebyar 2009.*
Aliran Seni Tabuh Melekat
4 Materi Tabuh Digarap Ngelonin
Dalam acara parade angklung tersebut kontestan diwajibkan membawakan 4 materi pokok yaitu 2 karya karawitan dan duanya lagi tari wajib dan tari kreasi. Dengan demikian tentunya penggarapannya sudah dilakukan mungkin selama setahun.
Imajinasi seniman dalam menuangkan karya seninya berupa tari merupakan bagian dari pencipta karya seni, di mana dengan alunan nada gending yang beriring gerak-gerak setiap penari seakan membawa penikmat seni puas atas karya mereka. Dalam parade ini kontestan dari Kab. Klungkung menampilkan tari kreasi yang diberi judul “Rare Kumara” di mana mengangkat cerita anak Dewa Siwa dan Dewi Uma yang dikutuk agar tak lekas dewasa karena dia terlahir pada Tumpek Wayang, Agar tidak dimakan Bhuta Kala makanya dia dikutuk Dewa Siwa agar menjadi Rare “anak kecil” selamanya, dia pun bersembunyi di balik gender Wayang. Oleh karena itu, setiap orang yang lahir bertepatan hari raya Tumpek Wayang diwajibkan menebusnya dengan Wayang Sapuleger. Di sela-sela tarian seakan anak memberontak bagai raksasa yang murka di mana peramu tari I ketut Suitri, S.Sn yang berpadu dengan seniman karawitan I Made Subadi, S.Sn memadukan dua unsur seni ini menjadi kolosal yang menakjubkan.
*Krista, Heryana
Duta Nusa Penida Optimis Jawara
Seni karawitan sudah menjadi seni utama Pulau Dewata selain seni-seni yang lain, penyaluran seni itu apabila kita bercermin ke tahun-tahun sebelumnya pemerintah daerah maupun pusat sudah seefisien mungkin menerapkanya, mulai dari lomba daerah, kabupaten, bahkan event tahunan yaitu PKB
Reporter : Pande Kadek Heryana Spt
“Pesta Kesenian Bali’ rutin dilaksanakan, ajang pesta seni se Bali ini merupakan media penyalur pelestari budaya, persiapan menyongsong PKB tahun depan Beberapa Duta sudah melakukan tahap seleksi tingkat kabupaten. Beberapa hari yang lalu Kabupaten Klungkung (10 s/d 11 Desember) melakukan selekssi 4 perwakilan sekaa angklung dari empat kecamatan di Kota Serombotan. Di mana finalis dari seleksi bakalan berlaga di panggung PKB yang akan datang “Art Center Denpasar”
Acara yang mulai digelar sekitar pukul 20.00 WITA mengundang antusias penonton walaupun Taman Budaya Klungkung sempat dijajal hujan, tapi semangat suporter tetap menyemangati kontestan mereka masing-masing. Duta Kec. Nusa Penida yang diwakili sekaa Angklung Giri Swaram Desa Pakraman Sebunibus ini berhadapan dengan sekaa Angklung dari Kec. Banjarangkan, yang sehari sebelum akhir dari Festival menunjukan dua kontestan dari Kec.Semarapura berhadapan dengan Kec. Dawan, dua hari festival ini menjadikan taman budaya Klungkung dipadati ribuan mata penonton yang menyorakan teriak semangat kepada para kontestan.
Sistem penjurian juga dilakukan secara profesional, di mana juri yang didatangkan tidak hanya dari daerah dan dari 1 kalangan seni saja, tetapi menggaet juri luar wilayah Klungkung seperti Tabanan, Denpasar, Karangasem dan Badung,
Takjub kagum yang diungkapkan para undangan salah satunya seperti tokoh seni Maestro I Nyoman Gunarsa mengatakan, kalau Nusa Penida bisa dibilang sebagai daerah terpencil pilihan Bali ini ternyata menyimpan beribu bakat seni, terbukti pementasan duta Kec..Nusa Penida mendapat tanggapan positif dari seniman yang notabene dari Kec..Banjarangkan juga, dari perkiraan penjurian yang secara profesional ini duta Kec.amatan Nusa Penida optimis masuk untuk tahap perwakilan kabupaten PKB mendatang ke Provinsi,
Berbekal semangat dan ketrampilan yang ada duta Kec. Nusa Penida menampilkan pementasan yang spektakuler di mana dengan berbagai usaha untuk mencapai panggung ini tidaklah mudah perlu latihan dan kerja keras, sebagai pemimpin Nusa Penida Bapak Camat juga ikut serta mendampingi seniman lokal mereka untuk berlaga dan optimis untuk menggaet kesempatan bisa tampil di tingkat provinsi yang akan datang
Kesalahan teknis pada pertengahan acara membuat sporter duta Nusa Penida menjadi agak sedikin kesal dengan persediaan sound yang ada ternyata kurang memadai apalagi untuk tahap festival seperti ini, rasa kec.ewa para suporter yang datang jauh–jauh untuk melihat aksi panggung seniman-seniman daerah tidak 100% tercapai, tetapi apapun itu dan bagimanapun itu kita sebagai seniman wajib memberikan persembahan yang terbaik untuk festival ini walaupun terjadi hambatan di tengah–tengah pertunjukan kita harus profesional dalam lomba ini,” papar ngaji salah satu anggota sekaa Angklung Santi Giri Swaram Dita, Kec. Nusa Penida.
Acara yang membawakan 4 materi pokok yaitu 2 (dua) tabuh masing-masing tabuk kreasi baru dan tabuh telu lelambatan baru dan 2 (dua) Tari Oleg Temulilingan dan jauh manis memakan waktu hampir kurang lebih 4 jam sampai pementasan pemungkas tari jauk duta Kec. Nusa Penida yang lebih kental memainkan instrument kendang dan seruling yang unik dalam pementasan ini yaitu duta Nusa Penida mengajak seniman dengan Pengebuk Kendang kidal “tangan kiri” bertenaga dan semangat ini menjadi akhir dari acara.dan sebagai penutup festival Angklung Kebyar Kab. Klungkung 2008 . Baca Lebih Lengkap di Tabloid bali Aga Edisi 51
Reporter : Pande Kadek Heryana Spt
“Pesta Kesenian Bali’ rutin dilaksanakan, ajang pesta seni se Bali ini merupakan media penyalur pelestari budaya, persiapan menyongsong PKB tahun depan Beberapa Duta sudah melakukan tahap seleksi tingkat kabupaten. Beberapa hari yang lalu Kabupaten Klungkung (10 s/d 11 Desember) melakukan selekssi 4 perwakilan sekaa angklung dari empat kecamatan di Kota Serombotan. Di mana finalis dari seleksi bakalan berlaga di panggung PKB yang akan datang “Art Center Denpasar”
Acara yang mulai digelar sekitar pukul 20.00 WITA mengundang antusias penonton walaupun Taman Budaya Klungkung sempat dijajal hujan, tapi semangat suporter tetap menyemangati kontestan mereka masing-masing. Duta Kec. Nusa Penida yang diwakili sekaa Angklung Giri Swaram Desa Pakraman Sebunibus ini berhadapan dengan sekaa Angklung dari Kec. Banjarangkan, yang sehari sebelum akhir dari Festival menunjukan dua kontestan dari Kec.Semarapura berhadapan dengan Kec. Dawan, dua hari festival ini menjadikan taman budaya Klungkung dipadati ribuan mata penonton yang menyorakan teriak semangat kepada para kontestan.
Sistem penjurian juga dilakukan secara profesional, di mana juri yang didatangkan tidak hanya dari daerah dan dari 1 kalangan seni saja, tetapi menggaet juri luar wilayah Klungkung seperti Tabanan, Denpasar, Karangasem dan Badung,
Takjub kagum yang diungkapkan para undangan salah satunya seperti tokoh seni Maestro I Nyoman Gunarsa mengatakan, kalau Nusa Penida bisa dibilang sebagai daerah terpencil pilihan Bali ini ternyata menyimpan beribu bakat seni, terbukti pementasan duta Kec..Nusa Penida mendapat tanggapan positif dari seniman yang notabene dari Kec..Banjarangkan juga, dari perkiraan penjurian yang secara profesional ini duta Kec.amatan Nusa Penida optimis masuk untuk tahap perwakilan kabupaten PKB mendatang ke Provinsi,
Berbekal semangat dan ketrampilan yang ada duta Kec. Nusa Penida menampilkan pementasan yang spektakuler di mana dengan berbagai usaha untuk mencapai panggung ini tidaklah mudah perlu latihan dan kerja keras, sebagai pemimpin Nusa Penida Bapak Camat juga ikut serta mendampingi seniman lokal mereka untuk berlaga dan optimis untuk menggaet kesempatan bisa tampil di tingkat provinsi yang akan datang
Kesalahan teknis pada pertengahan acara membuat sporter duta Nusa Penida menjadi agak sedikin kesal dengan persediaan sound yang ada ternyata kurang memadai apalagi untuk tahap festival seperti ini, rasa kec.ewa para suporter yang datang jauh–jauh untuk melihat aksi panggung seniman-seniman daerah tidak 100% tercapai, tetapi apapun itu dan bagimanapun itu kita sebagai seniman wajib memberikan persembahan yang terbaik untuk festival ini walaupun terjadi hambatan di tengah–tengah pertunjukan kita harus profesional dalam lomba ini,” papar ngaji salah satu anggota sekaa Angklung Santi Giri Swaram Dita, Kec. Nusa Penida.
Acara yang membawakan 4 materi pokok yaitu 2 (dua) tabuh masing-masing tabuk kreasi baru dan tabuh telu lelambatan baru dan 2 (dua) Tari Oleg Temulilingan dan jauh manis memakan waktu hampir kurang lebih 4 jam sampai pementasan pemungkas tari jauk duta Kec. Nusa Penida yang lebih kental memainkan instrument kendang dan seruling yang unik dalam pementasan ini yaitu duta Nusa Penida mengajak seniman dengan Pengebuk Kendang kidal “tangan kiri” bertenaga dan semangat ini menjadi akhir dari acara.dan sebagai penutup festival Angklung Kebyar Kab. Klungkung 2008 . Baca Lebih Lengkap di Tabloid bali Aga Edisi 51